Jumat, 22 Maret 2024

Kisah Lengkap Cerita Nabi Muhammad SAW

 

Nabi Muhammad SAW

    Muhammad adalah seorang pemimpin agama, sosial, politik, dan penegak agama Islam. Menurut keyakinan umat Islam dia adalah Nabi yang diberikan wahyu ilahi untuk memberitakan dan meneguhkan prinsip tauhid (monoteistis) dalam ajaran Adam, Ibrahim (Abraham), Musa, Isa, dan nabi lainnya. 

    Dan beliau diyakini sebagai penutup para nabi dalam Islam, jadi tidak ada lagi nabi setelahnya dan bila ada yang mengaku nabi itu adalah nabi-nabi palsu. Nabi Muhammad SAW menyatukan Jazirah Arab menjadi satu negara di bawah pemerintahan islam, dengan Al-Qur'an yang menjadi dasar negaranya. 

    Muhammad SAW lahir pada senin, malam 12 Rabiul Awal di Makkah sekitar 571 M dan beliau merupakan anak dari Abdullah bin Abdul Muthallib dan Aminah binti Wahab. 

    Ayah Muhammad, Abdullah, adalah putra dari pemimpin konfederasi suku Quraisy, Abdul muthalib bin Hasyim. Abdullah meninggal beberapa bulan sebelum kelahiran Muhammad. Sementara ibunya, Aminah meninggal ketika dia berusia 6 tahun, meninggalkan Muhammad sebagai yatim piatu.

    Nabi Muhammad SAW dibesarkan dan diasuh oleh kakeknya, Abdul Muthalib dan setelah kakeknya meninggal dunia, ia pun diasuh oleh pamannya, Abu Thalib. Nabi Muhammad SAW memiliki Akhlak yang tidak dapat digambarkan oleh kata-kata, hal ini menyebabkan hati manusia dipenuhi rasa hormat kepada beliau, dan para pria rela berkorban untuk melindungi dan memuliakan beliau. 

    Hal ini tidak pernah terjadi pada orang lain di dunia. Orang-orang yang pernah mengenal dan mencintai beliau hingga tingkat yang sangat tinggi, dan mereka tidak peduli jika leher mereka patah atau kuku mereka tergores mereka mencintai beliau dengan demikian karena beliau telah menerima bagian dari kesempurnaan yang biasanya dicintai manusia dan tidak ada manusia lain yang pernah mendapatkannya.

    Sebelum Rasullulah SAW lahir di Kota Makkah, Jazirah Arab. Tempat asal bangsa arab terletak di Asia Barat Daya di wilayah ini sebagian besar berupa gurun pasir dan perbukitan bebatuan. Jazirah Arab memiliki peranan yang sangat besar karena letak dan kondisi geografisnya. Sedangkan jika dilihat dari kondisinya, Jazirah Arab hanya dikelilingi gurun dan pasir di segala sudutnya. 

    Kondisi geografis ini menyebabkan masyarakat Arab hidup dalam kelompok-kelompok kecil yang terpisah-pisah, pun karena kondisi ini membuat Jazirah Arab seperti benteng pertahanan yang kokoh, yang tidak memperkenankan bangsa asing untuk menjajah, mencaplok, atau menguasai bangsa Arab. 

    Masyarakat Arab sebelum mengenal dengan agama Islam, disebut dengan masyarakat jahiliyah yang memiliki kondisi sosial yang memprihatinkan. Mereka hidup dalam kegelapan dan kebodohan mereka menyembah berhala dan melakukan segala perbuatan dosa seperti membunuh bayi perempuan, berzina, dan meminum minuman keras.

    Dari sisi kondisi ekonomi, masyarakat arab sebelum Islam sebagian besar hidup dengan bertani, berdagang, dan merampok. Mereka juga sering berperang antar suku. Masyarakat Arab yang tinggal di daerah pegunungan dan lembah umumnya hidup dari pertanian. Mereka menanam gandum, kurma, dan buah-buahan. Namun, pertanian di Arab masa itu masih sangat sederhana dan terbatas hal ini disebabkan oleh kondisi alam yang gersang dan kering. 

    Pada sisi lain, masyarakat Arab yang tinggal di daerah pesisir dan perkotaan umumnya hidup dari perdagangan. Mereka berdagang dengan bangsa-bangsa lain di sekitar laut merah, laut tengah, dan Persia. Barang dagangan yang ditawarkan antara lain rempah-rempah, kain, dan hewan. Sementara dari segi kondisi politik masyarakat arab sebelum mengenal Islam tidak memiliki pemerintahan yang kuat. 

    Mereka hidup dalam sistem kesukuan yang dipimpin oleh Syekh atau Kafilah maka tak jarang pada masa itu para suku saling bermusuhan dan perang antar suku sering terjadi untuk memperebutkan wilayah, sumber daya, atau sekedar balas dendam. Perang antar suku ini menyebabkan terjadinya kekacauan dan ketidakstabilan di Arab.

Kelahiran Nabi Muhammad SAW

    Di tengah kondisi Arab yang saat itu pada masa kelam, Muhammad SAW dilahirkan. Dari seorang ayah yang bernama Abdullah dari Quraisy yang sangat disegani di kota Makkah. Keluarga Nabi terkenal dengan sebutan keluarga Hasimiyah, yang dinisbatkan pada kakeknya, Hasyim bin Abdu Manaf. 

    Sementara dari jalur ibunda, ibu Nabi Muhammad SAW bernama Aminah binti Wahab bin Abdi manaf bin Zuhrah bin Kilab. Saat itu Siti Aminah perempuan terpandang di kalangan Quraisy dari segi keturunan maupun kedudukannya. Bapaknya, adalah pemuka Bani Zahrah yang sangat disegani.

    Setelah berumur 6 tahun Muhammad SAW menjadi yatim piatu karena ditinggalkan oleh ayah dan ibunya. Halimatus Sa'diyah adalah salah satu ibu susuan Nabi Muhammad SAW, hal itu bermula ketika sang ibu kandung Aminah RA menitipkan Muhammad bayi pada Halimatus Sa'diyah bangsawan Arab di Hijaz, terutama Makkah memiliki kebiasaan dan adat untuk menitipkan anak-anak mereka, baik laki-laki maupun perempuan kepada orang lain yang berada di luar kota untuk disusui dan diasuh oleh mereka. 

    Beberapa hari setelah lahirnya anak-anak Arab biasanya mereka akan menitipkan anak-anak ini dan akan tinggal disana selama usianya kira-kira 7-8 tahun. Begitupula dengan Muhammad SAW selain kepada Tsuwaibah, Rasullulah SAW kecil juga pernah disusui oleh ibu susuan nya bernama Halimah binti Abu Zuaib yang berasal dari Bani Sa'ad.

    Muhamad SAW kecil hidup di perkampungan kabilah Sa'ad sampai usia empat tahun ada yang mengatakan sampai usia lima tahun. Halimah sendiri memiliki 3 orang anak yaitu Abdullah bin Harits, Anisah binti Harits, dan Hudzafah atau Judzamah binti Harits (Yang dijuluki asy-syima') secara otomatis ketiga anak itu saudara susuan Rasullulah SAW. 

    Selain Muhammad, Halimah juga menyusui paman Nabi yang bernama Hamzah bin Abdul Muthalib. Suatu hari, Halimah bersama perempuan-perempuan kampung kabilah sa'ad pergi ke kota Makkah untuk menawarkan jasa ASI mereka. Dalam perjalanan menuju kota ia juga ditemani oleh sang suami (Haritsah) dan kedua anaknya yang masih bayi. Mereka berempat mengendarai kendaraan keledai dan seekor unta.

    Sepanjang perjalanan, keluarga Halimah merasa begitu sengsara disamping kendaraanya dalam kondisi lemah, kedua bayinya juga terus menangis. Bahkan kalau malam tidak bisa tidur karena kedua bayi masih terus menangis. ASI Halimah tidak keluar sama sekali, begitu juga unta yang dibawanya, setetes pun tidak mengeluarkan susu untuk diperah. 

    Mereka hanya bisa mengharapkan keajaiban yang mengubah kondisi mereka saat ini. Sesampainya mereka di Makkah, perempuan-perempuan kampung kabilah Sa'ad pun mencari bayi-bayi untuk disusui. Namun sayang, dari sekian banyaknya perempuan tidak satu pun yang mau membawa Muhammad kecil untuk disusui. Hal itu wajar karena kondisi Muhammad yang yatim membuat mereka tidak melirik sama sekali para perempuan tersebut khawatir tidak mendapatkan upah yang cukup jika menyusui seorang anak yatim.

    Semua perempuan sudah mendapatkan bayi dan semua sepakat untuk kembali membawa bayi-bayinya ke kampung halaman. Namun, lagi-lagi kemalangan menimpa keluarga Halimah karena hanya dia sendiri yang belum mendapatkan bayi mungkin karena kondisi Halimah yang tidak meyakinkan untuk menyusui anak sendiri saja tidak bisa. 

    Namun, karena tidak mau pulang dengan tangan kosong akhirnya Halimah sepakat dengan sang suami untuk mengambil bayi yatim bernama Muhammad itu. Tak diduga, begitu sang bayi diterima dan dibuka kainnya Halimah melihatnya penuh takjub karena wajah sang bayi yang bercahaya membuat dirinya kagum karena baru kali itu ia mendapatkan bayi yang luar biasa. Dalam hal ini Allah SWT sudah merencanakan kebaikan untuk keluarga Halimmah.

Keberkahan Keluarga Halimah as-Sa'diyah

    Saat Muhammad bayi sudah berada di pangkuan Halimah, keajaiban pun mulai dirasakan kedua ASI nya seakan bereaksi untuk menyusui bayi yang berada pada pangkuan nya. ASI nya tiba-tiba dipenuhi air susu dan Muhammad menyusu hingga kenyang tidak hanya itu kedua bayi yang tadinya tidak berhenti menangis pun bisa ikut menyusu sampai kenyang dan bisa tidur pulas. 

    Tidak hanya ASI Halimah yang penuh, namun keledai dan unta tua miliknya juga sama, air susunya melimpah bahkan yang semula kurus seketika menjadi gemuk dan kuat menempuh perjalanan. Halimah dan suami pun pun bisa menghilangkan dahaga masing-masing. 

    Dan pada malam harinya mereka bisa beristirahat di perjalanan semuanya bisa kenyang dan tidur pulas. Tidak seperti malam-malam sebelumnya sejak itulah keberkahan pun berlimpah tidak hanya kepada keluarga Halimah tetapi juga kepada Kabilahnya.

    Pagi harinya mereka melanjutkan perjalanan menuju kampung dan lagi-lagi keajaiban dialami keluarga Halimah. Keledai yang mereka tunggangi melaju dengan begitu cepat bahkan mengalahkan rombongan lain yang menggunaan unta-unta terbaik. 

    Rombongan yang lain merasa keheranan karena keledai yang tadinya lemah dan jalannya lambat kini justru malah melaju cepat dan mengalahkan kendaraan terbaik milik mereka, ada sesuatu pada keledai itu pikir mereka.

    Sesampainya dikampung, keanehan pun belum selesai dialami keluarga Halimah kondisi kampung yang sedang paceklik membuat susah mencari rumput dan hewan ternak mereka kurus serta tidak mengeluarkan susu untuk diperah. Namun, tidak dengan kambing milik Halimah, kambing miliknya mengeluarkan susu yang begitu banyak dan bisa berkali-kali lipat. 

    Melihat keanehan itu, orang-orang kampung berinisiatif untuk mengikutkan kambing-kambing mereka ke mana pun kambing Halimah digembalakan. Tapi tetap saja, kambing-kambing mereka kurus dan tak mengeluarkan air susu sementara kambing-kambing Halimah terus berisi susunya dan bisa diperah berkali-kali untuk diminum.

    Dua tahun berlalu Muhammad tumbuh menjadi anak yang sehat dan kuat bahkan tidak seperti anak pada umumnya. Sebelumnya sudah kesepakatan bahwa Muhammad kecil hanya dua tahun saja disusui oleh Halimah dan sudah saatnya Muhammad kembali ke pangkuan ibunda, Siti Aminah. Selama dua tahun Halimah merasakan betul keberkahan Muhammad kecil. 

    Halimah pun kembali ke Makkah untuk menemui ibunda Muhammad, Siti Aminah. Tetapi ia tidak bermaksud mengembalikannya ke pangkuan ibundanya. Halimah justru membujuk dan menawarkan Aminah agar Muhammad tetap diasuh olehnya hingga besar. 

    "Saya berharap engkau berkenan jika anak ini aku rawat sampai besar. Sebab, aku khawatir dia akan terserang penyakit menular yang biasa menjangkit di kota Makkah." Bujuk Halimah. Halimah terus memelas di hadapan Aminah usaha Halimah berhasil dan Muhammad ia bawa kembali untuk dirawatnya.

Peristiwa Pembelahan Dada Muhammad SAW

    Rasullulah SAW bersabda "Saya didatangi (malaikat) lalu mereka membawaku ke sumur zamzam, lalu dadaku dibelah dan dicuci dengan air zamzam, kemudian aku ditinggalkan" H.R. Muslim no.235. Ketika Muhammad berumur 2 tahun dibawa kembali oleh Halimah dan dirawat olehnya hingga beliau berumur 5 tahun. 

    Peristiwa itu terjadi ketika beliau berumur 4 tahun dan sedang bermain bersama teman-temannya, tiba-tiba digendong dan dibaringkan oleh malaikat Jibril kemudian malaikat Jibril membelah dada dan mengeluarkan hati Nabi Muhammad SAW untuk dicuci didalam sebuah mangkuk emas yang berisi air zamzam setelah dicuci Nabi Muhammad SAW dikembalikan ke tempat semula.

    Pada saat proses pembelahan itu, teman-teman Nabi Muhammad SAW pun terkejut dan ketakutan hingga pada akhirnya berlari menuju Halimah dan melaporkan bahwa Muhammad kecil telah dibunuh oleh dua orang, dua orang yang dimaksud sebenarnya adalah malaikat Jibril dan malaikat Mikail. 

    Halimah segera mendatangi Nabi Muhammad dan menemukannya dalam keadaan pucat, tetapi di dadanya tidak terdapat sedikit pun bekas luka. Halimah pun khawatir karena dia yang bertanggung jawab atas apapun yang terjadi pada Muhammad. Halimah memeluk erat anak asuhnya pada saat itu Muhammad kecil tampak sangat pucat dan menggigil karena merasa ketakutan sesudah mengalami kejadian yang tidak pernah ia duga sebelumnya.

    Setelah Jibril membelah dada Rasullulah SAW pada saat usianya 4 tahun, akhirnya kembali datang kepada Rasul saat usia nabi memasuki 10 tahun peristiwa yang serupa pada akhirnya terulang kembali ketika Nabi Muhammad SAW mendekati usia taklif atau mukallaf. 

    Kedatangan malaikat Jibril ini juga bermaksud untuk membersihkan hati Nabi Muhammad SAW dengan air zamzam. Tujuan Allah SWT memerintahkan malaikat untuk membelah dada Nabi Muhammad SAW sewaktu kecil adalah membuang semua penyakit rohani yang ada dalam diri nabi.

    Ketika mengeluarkan hati Nabi Muhammad SAW, malaikat Jibril berkata "Ini adalah tempat setan pada dirimu" tempat setan yang dimaksud adalah pikiran kotor, perasaan sombong, sirik, iri, dengki, dan sifat-sifat jelek lainnya. 

    Peristiwa ini menjadi tanda bahwa Allah SWT telah memilih Nabi Muhammad kecil untuk memikul tugas mulia, sehingga hatinya disucikan sejak kecil. Setelah pencucian pertama, dimasukanlah kedalam hati Nabi Muhammad SAW sifat santun, ilmu, keyakinan, dan keislaman. 

    Oleh karena itu, Nabi Muhammad SAW dikenal sebagai seseorang yang sangat mulia dan paling tunduk kepada Allah SWT. Selain itu, peristiwa pembelahan dada juga dimaksudkan untuk menambah kekuatan dan kesiapan Nabi Muhammad SAW dalam menerima apa yang diwahyukan kepadanya dengan hati yang kuat.

Meninggalnya Ibunda Nabi Muhammad SAW

    Setelah empat tahun lamanya mengasuh Nabi muhammad SAW Halimah kemudian mengembalikan dan menyerahkan kembali Muhammad kepada ibundanya yaitu Siti Aminah. 

    Kurang lebih beliau diasuh oleh ibu kandungnya sendiri ibunda yang sangat mencintainya selain karena beliau anak laki-laki tunggal, beliau adalah seorang anak yang tampan wajahnya, baik gerak-geriknya, dan sangat jauh berbeda apabila dibandingkan dengan anak-anak yang lain.

    Setelah Nabi Muhammad SAW berusia 6 tahun. Ibundanya, Siti Aminah mengajaknya pergi ke Yastrib atau kota Madinah untuk berziarah menjenguk makam sanak keluarga yang tinggal di sana. Nabi Muhammad SAW pun diajak ibundanya pergi ke Yastrib, Siti Aminah beserta dengan Ummu Aiman, budak perempuan peninggalan ayahnya. 

    Di Yastrib, selain diajak menziarahi sanak keluarganya, keluarga ibu datuk dari keluarga Banu Najjar, Siti Aminah juga mengajak Nabi Muhammad SAW menziarahi makam ayahnya. Siti Aminah memperlihatkan rumah tempat tinggal ayah ketika dirawat dari sakit hingga meninggal serta tempatnya dikuburkan.

    Siti Aminah dan putranya beserta Ummu Aiman kemudian tinggal di Yastrib hingga sebulan lamanya. Setelah itu, mereka bertolak kembali menuju Makkah. Dengan takdir Allah SWT, saat perjalanan pulang dari Yastrib ibunda Nabi Muhammad SAW meninggal di tanah Abwaa'. 

    Sebelumnya Siti Aminah jatuh sakit hingga beberapa hari kemudian dinyatakan wafat. Ibunda Nabi Muhammad SAW kemudian dimakamkan di tempat itu juga, Nabi Muhammad SAW lalu kembali ke kota Makkah bersama dengan Ummu Aiman.

    Setelah Siti Aminah meninggal dunia Nabi Muhammad SAW diasuh oleh Ummu Aiman. Ummu Aiman menjadi seorang perempuan yang berarti bagi hidup Nabi Muhammad SAW dan beliau memanggil Ummu Aiman juga sebagai ibu dibawah tanggungan kakeknya hal tersebut berlangsung selama 2 tahun. 

    Dapat dibayangkan betapa sedih dan bingungnya Nabi menghadapi kemalangan atas kematian ibundanya tersebut. Baru beberapa hari beliau setelah beliau mendengar keluhan dan rintihan ibundanya atas peninggalan suaminya (Ayah) sejak beliau masih dalam kandungan, kini ibundanya telah meninggal pula di hadapan mata beliau sendiri. Sejak saat itu Nabi Muhammad SAW menjadi yatim piatu.

Meninggalnya Abdul Muthalib (Kakek Nabi)

    Kakek Nabi Muhammad SAW ialah Abdul Muthalib ia seorang pembesar bangsa Arab dan mempunyai beberapa istri semasa hidupnya sebagaimana adat Arab pada masa itu. Istri dari Abdul Muthalib yang mempunyai keturunan bernama Halah binti Wahbin bin Abdu Manaf bin Zuhrah yang melahirkan 4 orang anak bernama Hamzah, Muqawwam, Jahal, dan Shaffiyah. 

    Kemudian, Natilah binti Khabab bin Kulain bin Amir yang melahirkan 3 orang anak bernama Abbas, Dhirar, dan Qatsam. Lalu, Saffiyah binti Jundab dari Bani Amir yang melahirkan seorang anak bernama Harits.

    Abdul Muthalib juga memiliki istri bernama Labna binti Hajir bin Abi Manaf yang melahirkan seorang anak bernama Abdul Uzza yang kemudian terkenal dengan nama Abu Lahab paman Nabi yang namanya disebutkan didalam surah Al-Qur'an. 

    Istrinya yang memiliki keturunan lainnya adalah Fatimah binti Amir bin Adiz yang melahirkan 7 orang anak yang bernama Abdullah, Abdu Manaf, Baidha, Umaimah, Barrah, Atikah,dan Arwa. Jumlah anak kakek Nabi Muhammad SAW atau saudara dari ayahnya ada 15 yang terdiri dari 9 laki-laki dan 6 perempuan. 

    Riwayat lain menyebut ada 11 laki-laki dengan dua di antaranya adalah Zubair dan abdul Ka'bah yang merupakan saudara seibu dengan Abdullah. Dengan demikian, jumlah paman dan bibi Nabi Muhammad SAW ada 17 orang.

    Abdul Muthalib adalah orang tua yang berpengaruh besar di kalangan bangsa Quraisy. Sebab, dialah orang tertua yang menjadi tempat kembalinya segala urusan yang terjadi di kalangan mereka dan kepala bagi seluruh kota Makkah. 

    Sebagai penghormatannya atas kedudukan yang mulia itu, sampai-sampai anak-anaknya sendiri tidak ada yang berani menginjak dan menduduki tempat duduk khususnya yang berada di dekat Ka'bah. 

    Tatkala Nabi Muhammad SAW datang ke Masjidil Haram dan mendekatinya kakeknya yang sedang duduk di tempat khususnya itu dengan dikelilingi anak-anaknya, seketika para paman Nabi Muhammad SAW memegang dan menahannya agar Nabi Muhammad jangan sampai menginjak hamparan yang tengah diduduki datuknya itu. 

    Namun sang kakek, menyatakan supaya cucunya yang yatim itu dibiarkan mendekat "Biarkanlah dia berjalan mendekat kepadaku" Ucap Abdul Muthalib kala itu.

    Abdul Muthalib wafat ketika Nabi Muhammad SAW berusia 8 tahun. Kakek Nabi Muhammad SAW tersebut meninggal dunia dalam usia 80 tahun. 

    Setelah ditinggal sang kakek Nabi Muhammad SAW diasuh oleh pamannya, Abu Thalib, bersama dengan Abu Thalib, Nabi belajar tentang berdagang dan Nabi kerap diajak oleh sang paman pergi berdagang ke berbagai daerah. Selain berdagang, Nabi juga diajak mengembala kambing.

Abu Thalib Mengajak Nabi Muhammad SAW Berdagang

    Sepeninggalan kakeknya, Abdul Muththalib, Nabi Muhammad SAW dirawat oleh pamannya, Abu Thalib. Sebelum meninggal, Abdul Muthalib sudah berpesan sebelumnya untuk menitipkan pengasuhan sang cucu kepada pamannya, Abu Thalib yaitu saudara kandung ayah beliau. 

    Abu Thalib melaksanakan hak pengasuhan anak saudaranya dengan sepenuh hati dan menganggap Nabi Muhammad SAW seperti anaknya sendiri bahkan beliau lebih mendahulukan kepentingan beliau ketimbang anak-anaknya sendiri.

    Sikap beliau (Abu Thalib) tetap sama hingga Nabi berusia lebih dari 40 tahun. Beliau mendapatkan kehormatan di sisi Abu Thalib, hidup dibawah penjagaannya, rela menjalin persahabatan dan bermusuhan dengan orang lain demi membela beliau. 

    Suatu ketika Abu Thalib mengajak Nabi Muhammad SAW berdagang ke Syiria dan bertemu dengan Bahira. Abu Thalib yang masa itu pergi ke Syria dengan kelompok Quraisy, ketika semua persiapannya telah selesai dan siap untuk pergi Rasullulah SAW tidak mau ditinggal oleh pamannya, Abu Thalib yang merasa kasihan padanya lalu berkata "Sungguh aku akan membawanya bersamaku dan kita tidak boleh saling terpisah."

    Abu Thalib mengajak Nabi Muhammad pergi berdagang bersamanya ke Syiria di usianya yang 9 tahun tatkala rombongan pedagang berhenti di Bushra, Syiria. Disana terdapat seorang rahib bernama Bahira yang tinggal didalam biaranya. Didalam biara tersebut, ada seorang biarawan beragama Kristen yang memiliki pengetahuan tentang tanda-tanda kenabian yang tertulis dalam kitab terdahulu. 

    Saat rombongan pedagang tersebut berhenti di biaranya dan singgah di sana, Bahira menyiapkan hidangan yang banyak. Bahira dapat melihat Muhammad yang selalu di payungi oleh awan sehingga membuatnya terlihat mencolok di antara orang-orang dalam rombongannya. Ketika melihat Rasullulah SAW dari dekat, Bahira mengamati beliau dengan sungguh-sungguh dan ciri-ciri fisik pada diri Nabi Muhammad benar-benar persis dengan yang tertulis dalam kitabnya.

    Seusai rombongan tersebut selesai makan, Rahib itu bertanya kepada Nabi Muhammad SAW tentang hal-hal yang telah terjadi, baik ketika beliau sedang terjaga maupun sedang tertidur. Ketika mengamati punggung Rasullulah SAW, Bahira dapat melihat tanda (cincin) kenabian di antara kedua pundak beliau, Bahira pun bertanya kepada Abu Thalib paman Muhammad 

    "Apa hubungan anak laki-laki ini denganmu?" Abu Thalib menjawab "Anakku." "Ia bukan anakmu jawab bahira itu. "Ayah anak itu tidak mungkin masih hidup" ucap Bahira "Ia anak saudara laki-lakiku" terang Abu Thalib. Bahira itu lalu bertanya kembali "Apa yang terjadi pada ayahnya?" "Ayah nya meninggal ketika ia di dalam kandungan ibunya" jawab Abu Thalib.

  "Kamu mengatakan hal yang sebenarnya bawa anak itu kembali ke negaramu dan jadilah pelindungnya dari kaum Yahudi. Sebab, demi Tuhan, jika mereka melihatnya dan mengenali apa yang aku temukan pada dirinya, mereka akan berusaha membinasakannya. 

    Hal-hal luar biasa tersimpan dalam diri anak ini. Maka segeralah bawa ia kembali ke negaramu" Kata Bahira. Hal tersebut lantas membuat Abu Thalib segera membawa Nabi Muhammad SAW kembali ke kota Makkah. Sejak saat itulah Abu Thalib menjadi sosok paman yang selalu melindungi Nabi Muhammad SAW dan membelanya tatkala mendapat perlawanan dari Kafir Quraisy

Perang Fijar Perang Pertama Rasullulah SAW

    Perang Fijar adalah serangkaian pertempuran yang terjadi pada akhir abad ke-6 terutama antara dua konfederasi suku besar Arab Quraisy dan Arab Hawazin, pertempuran tersebut terjadi selama 8 hari selama 4 tahun. 

    Nama konflik ini diambil dari fakta bahwa pertempuran terjadi pada bulan-bulan suci dimana peperangan dilarang, sebuah larangan yang biasanya memungkinkan perdagangan berlangsung tanpa campur tangan perselisihan antar suku.

    Perang Fijar yang terjadi antara kedua belah pihak antara kabilah Quraisy dan sekutu mereka dari Bani Kinanah melawan Kabilah Qais dalam pertempuran ini, Harb bin umayyah terpilih menjadi komandan perang membawahi Quraisy dan kinanah. 

    Perang Fijar terjadi di Nakhlah, suatu tempat yang berada di antara kota Mekah dan Thaif, dan berlangsung selama 4 tahun, Nabi Muhammad diketahui terlibat dalam perang ini khususnya dalam perang fijar yang terakhir.

    Penyebab terjadinya perang fijar masih diperdebatkan, tetapi perang ini diperkirakan terjadi karena persaingan untuk menguasai rute perdagangan di Najd, Arab Saudi. Kaum Quraisy diketahui mendominasi rute tersebut dan mendanai persenjataan sekutu mereka. Pihak-pihak yang terlibat bahkan sempat saling membunuh, hingga akhirnya meletus perang fijar. 

    Pertempuran ini dinamakan perang fijar (Fijar artinya durhaka) karena asal terjadinya dari pelanggaran terhadap undang-undang yang suci. Pasalnya, perang ini terjadi dalam bulan-bulan suci, kala kabilah-kabilah seharusnya tidak boleh berperang.

    Sebenarnya, perang fijar yang terjadi lebih banyak berupa bentrokan kecil, bukan perang besar faktor utama yang membuat pertempuran ini begitu terkenal adalah karena terjadi pada bulan-bulan yang diharamkan untuk berperang. Perang fijar berlangsung selama 4 tahun tetapi tidak berjalan terus-menerus. Selain itu, perang ini dapat dibedakan menjadi 4 babak di antaranya

  1. Perang pertama (Fijar ar-Rajul), antara Bani Kinanah dan Bani Qais Ailan
  2. Perang kedua (Fijar Al-Qard), antara Bani Quraisy dan Bani Kinanah
  3. Perang ketiga (Fijar al-Mar'ah), antara Bani Kinanah dan Bani Nadhar bin Muawiyyah
  4. Perang keempat (Fijar al-Baradh), antara Bani Quraisy dan Bani Kinanah berhadapan dengan Bani Qais Ailan

    Usia Nabi Muhammad ketika terjadinya perang fijar masih 15 tahun. Namun, ada riwayat lain yang menyatakan bahwa usianya 20 tahun. Sebab perbedaan tersebut diperkirakan karena perang fijar berlangsung selama 4 tahun. 

    Ketika perang baru saja meletus, Nabi Muhammad berusia 15 tahun dan pada akhir pertempuran usianya telah memasuki 20 tahun. 

    Peran Nabi Muhammad SAW saat perang fijar adalah mengumpulkan anak panah untuk pamannya yang berada di pihak Quraisy untuk dilemparkan kembali ke musuh dalam perkembangannya Rasullulah ikut melepaskan anak panah ke arah musuh. Pertempuran ini adalah pengalaman perang pertama yang dialami Nabi Muhammad SAW.

Nabi Muhammad SAW Berdagang

    Ketika umur Nabi Muhammad SAW 25 tahun Nabi kembali berdagang. Kali ini Nabi Muhammad SAW berdagang sendiri membawa barang dagangan saudagar perempuan kaya raya bernama Khadijah, yang kelak akan menjadi istri beliau. 

    Ketika berdagang tersebut Nabi Muhammad SAW hanya ditemani oleh pesuruh laki-laki milik Siti Khadijah yang bernama Maisarah. Selama berdagang dengan Maisarah Nabi Muhammad sukses menjual barang Khadijah semuanya, sehingga mendatangkan laba yang cukup besar. 

    Ketika berdagang, Nabi memegang prinsip sesuai dengan syariat dan aturan dari Allah SWT, misalnya berdagang dengan jujur, tidak pernah membohongi para pembelinya serta yang paling penting Nabi Muhammad SAW tidak pernah mengambil keuntungan yang terlalu besar. Dalam berdagang Nabi Muhammad SAW juga selalu berkata sopan, ramah, dan penuh kasih sayang.

    Setelah dititipkan pamannya Abu Thalib untuk bekerja pada Khadijah binti Khuwailid janda kaya, Muhammad muda didampingi Maisarah mulai bekerja menjajakan dagangannya, rute pertama yang digunakan sebagai jalur dagang adalah negeri Syam. 

    Setelah mendapat nasihat dan juga bekal pengalaman dari paman-pamannya Muhammad memantapkan niatnya untuk pergi berdagang dengan Maisarah budak Khadijah. Dengan mengambil jalan padang pasir. 

    Kafilah itupun berangkat menuju Syam, dengan melalui Wadi'l-Qura, Madyan dan Diar Thamud serta daerah-daerah yang dulu pernah dilalui Muhammad dengan pamannya Abu Thalib tatkala umurnya baru 12 tahun.

    Dengan kejujuran dan kemampuannya ternyata Muhammad SAW mampu benar memperdagangkan yang lebih banyak menguntungkan daripada yang dilakukan orang lain sebelumnya. Demikian juga dengan karakter yang manis dan perasaannya yang luhur ia dapat menarik kecintaan dan penghormatan Maisarah kepadanya. 

    Setelah tiba waktunya mereka akan kembali, mereka membeli segala barang dagangan dari Syam yang kira-kira akan disukai oleh Khadijah. Dalam perjalanan kembali kafilah itu singgah di Marr'-z-Zahran. Ketika itu Maisarah berkata kepada Muhammad "Muhammad, cepat-cepatlah kau menemui Khadijah dan ceritakan pengalamanmu. Dia akan mengerti hal itu"

Khadijah Perempuan Pertama Yang Memeluk Islam

    2 bulan setelah pulang dari negeri Syam beliau menikah dengan Khadijah binti Khuwailid, yaitu sesudah kedatangannya saat itu usia Khadijah 40 tahun Nabi Muhammad SAW menikah dengan wanita yang berumur diatasnya jika Nabi Muhammad SAW mengedepankan nafsu mungkin dia bisa saja mencari wanita yang lebih muda darinya dan cantik, tetapi Nabi menikahi janda yang hidup dengan anak-anaknya. 

    Maklum, masyarakat arab termasuk masyarakat dengan budaya patriarki yang sangat tinggi sehingga, status sosial semacam itu kerap menjadi buah bibir dan makanan renyah yang menemani kesibukan mereka. Meskipun begitu Khadijah banyak dilirik oleh banyak pria mulai dari yang konglomerat dan berpangkat semua tertarik pada Khadijah akan tetapi banyak yang ditolak mentah-mentah karena Khadijah sangat selektif dalam memilih pasangan.

    Khadijah mengutus seorang sahabatnya Nafisah binti Umayyah, yang juga masih berkerabat dengan muhammad SAW. Muhammad SAW pun menerima lamaran Nafisah untuk menikahi Khadijah dan rencana pernikahan pun dimatangkan. 

    Muhammad menyampaikan kabar gembira ini kepada paman-pamannya. Salah seorang paman beliau, Hamzah bin Abdul Muthalib lantas mendatangi rumah Khuwailid bin Asad  bersama Muhammad SAW untuk melamar Khadijah. 

    Saat malaikat turun menyampaikan dan membawa wahyu kepada Muhammad, Khadijah lah yang pertama kali mengakui kenabian suaminya. ia juga menjadi golongan sekaligus wanita pertama yang memeluk Islam atau yang disebut Assabiqul Awwalun. 

    Sebagai orang pertama yang beriman, ia pertama kali mengucapkan dua syahadat. Peran Khadijah yang setia mendampingi dan menemani sang suami dalam suka dan duka membuatnya dianggap sebagai tulang punggung dakwah Rasullulah SAW.

    Nabi Muhammad SAW dan Siti Khadijah dikaruniai 3 orang anak laki-laki bernama (Al-Qasim, Abdullah, dan Thayib) dan 4 puteri yang bernama (Zainab, Ruqayyah, Ummu Kultsum, dan Fatimah) ketiga puteranya meninggal waktu kecil. Keempat puterinya hidup sampai mereka dewasa dan kemudian Zainab menikah dengan Abil Aash Ibnu Rabi, Ruqayyah menikah dengan Utbah bin Abi lahab, Ummu Kaltsum menikah dengan Utaibah bin Abi Lahab (Kemudian Ruqayyah dan Ummu Kaltsum menikah dengan Utsman bin Affan), Fatimah Az-Zahra menikah dengan Ali bin Abi Thalib.

Nabi Muhammad SAW Meletakan Batu Hajar Aswad

    Sebelum Rasullulah Muhammad SAW belum diangkat sebagai Rasul bagi seluruh alam, beliau telah terkenal sebagai seorang yang sangat jujur, berlatar belakang keluarga terhormat dan memiliki kelebihan mampu meredam pertikaian antar suku (kampung). 

    Sehingga beberapa kali Muhammad muda dipercayai memberi keputusan-keputusan krusial menyangkut kepentingan bersama. Salah satu contoh paling populer tentang keberhasilan Nabi SAW menyelesaikan sengketa di antara kaumnya sebelum beliau dimusuhi karena menyebarkan ajaran Islam adalah ketika terjadi peristiwa renovasi Ka'bah.

    Kala itu, masyarakat Makkah merenovasi Ka'bah setelah musibah banjir yang menenggelamkan kota, termasuk bangunan Ka'bah. Kondisi ini memanggil mengundang orang-orang Quraisy harus membangun Ka'bah kembali demi menjaga kehormatan dan kesucian situs peninggalan leluhur mereka, Ibrahim AS yang tetap dijaga kelestariannya. 

    Ketika Nabi Muhammad SAW berusia 35 tahun aktif terlibat dalam pembangunan awal hingga akhir. Pada awalnya, mereka bersatu padu saling bahu membahu diantara mereka. Namun ketika pembangunan memasuki tahap-tahap akhir, yakni proses peletakan Hajar Aswad.

    Mereka mulai berselisih pendapat, siapakah tokoh di antara mereka yang layak mendapatkan kehormatan untuk meletakan Hajar Aswad sebagai tanda peresmian penyelesaian renovasi dan mulai dapat digunakan kembali. 

    Banyak pendapat bermunculan dan saling simpang siur, masing-masing ingin mengedepankan pemimpin kelompoknya sendiri. Hingga akhirnya Muhammad SAW suami Khadijah ini mengajukan usul "Siapapun yang besok pagi datang paling awal ke tempat pembangunan (Renovasi) maka dialah yang berhak atas kehormatan untuk meletakan Hajar Aswad". Masyarakat pun menyetujuinya, mereka yakin ini adalah jalan terbaik bagi mereka.

    Keesokan harinya, ternyata yang datang paling pagi, paling awal adalah Muhammad sendiri, maka beliaulah yang berhak meletakkan Hajar Aswad sebagai tanda peresmian Ka'bah kembali. 

    Namun rupanya Muhammad bukanlah seorang yang egois. Ia kemudian membentangkan sorban nya menaruh Hajar Aswad di atasnya dan mengajak beberapa tokoh lain untuk turut serta meletakkan Hajar Aswad bersama-sama. Maka puaslah mereka atas keputusan Muhammad SAW tersebut. 

Nabi Muhammmad SAW Di Gua Hira

    Rasullulah SAW sebagai rasul penutup dan penyempurnaan bagi para rasul lainnya mempunyai tantangan lebih berat dan ujian yang lebih dahsyat. Meski demikian, ujian dari kaumnya yang begitu luar biasa, pembangkangan mereka yang tidak pernah mengikutinya, serta tidak adanya empati dan dukungan dari masyarakat saat itu, merupakan sesuatu yang wajar baginya semuanya dihadapi dengan penuh kesabaran dan ketabahan.

    Sebelum Muhammad SAW menerima wahyu Allah SWT menjadikannya lebih suka menyendiri. Ketika menjelang usia 40 tahun, Nabi Muhammad SAW kerap melakukan Uzlah (menyendiri). Allah membuatnya suka Uzlah di Gua Hira di bukit yang terletak di arah barat daya Makkah. 

    Nabi Muhammad SAW Uzlah dan beribadah disana selama beberapa malam. Terkadang Rasullulah Uzlah disana hingga 10 malam dan tak sesekali lebih lama lagi sebulan penuh. Uzlah yang kerap dilakukan Rasullulah SAW ini terjadi menjelang masa kenabiannya. Ini merupakan pertanda yang sangat agung dan memiliki nilai penting bagi kehidupan kaum muslim secara umum dan pada da'i secara khusus.

    Nabi Muhammad diturunkan ayat-ayat Al-Qur'an oleh Allah SWT secara berangsur-angsur dan tidak sekaligus langsung diturunkan kepada Muhammad SAW. Al-Qur'an diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW selain bukti kenabian beliau, juga sebagai bentuk bagi seluruh manusia pembeda antara yang hak dan batil, serta sebagai penjelas dan pelengkap kitab-kitab terdahulu yang pernah diturunkan kepada nabi-nabi sebelumnya. 

    Nabi Muhammad ketika berusia 40 tahun menyendiri di Gua Hira yang terletak di Jabal Nur, dengan membawa bekal roti gandum beliau tinggal di Gua tersebut beliau juga semakin menyadari keterpurukan yang dialami oleh kaumnya. 

    Banyak dari mereka yang terbelenggu dan tidak bisa terlepas dari keyakinan-keyakinan syirik. Namun, beliau belum memiliki jalan yang terang dan pedoman yang jelas mengenai bagaimana jalan yang harus ditempuh agar kaumnya bisa terbebas dan menjauhi belenggu kesyirikan 

    Saat menerima wahyu pertama, Nabi Muhammad SAW yang berada di Gua Hira dalam keadaan terlelap didatangi oleh malaikat Jibril, beliau bingung serta takut ketika sosok perkasa nan rupawan itu menyodorkan untaian alfabet pada lempengan kristal yang memancarkan cahaya hijau memukau. 

    Jibril yang kala itu datang menghampiri Nabi Muhammad SAW di Gua Hira atas perintah Allah SWT berkata kepada Muhammad "Bacalah!" Muhammad menjawab "Aku tidak bisa membaca". Nabi kemudian menjelaskan, "Malaikat itu memegang dan mendekapku sangat kuat kemudian melepaskanku dan kembali berkata lagi "Bacalah!" lalu aku menjawab "Aku tidak bisa membaca" lalu malaikat itu kembali memegang dan mendekap dengan sangat kuat kemudian melepaskanku dan berkata lagi "Bacalah!" nabi menjawab "Aku tidak bisa membaca" lalu malaikat itu mendekap untuk yang ketiga kalinya dengan sangat kuat kemudian melepaskan dan berkata "Bacalah dengan menyebut nama tuhanmu yang telah menciptakan, dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah, bacalah dan tuhanmulah yang maha mulia, yang mengajar manusia dengan perantara kalam (pena), Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya" (Q.S.Al-Alaq : 1-5). 

    Saat malaikat Jibril kembali ke langit, Muhammad lari terbirit-birit menuju kerumahnya di tengah malam yang teramat benderang oleh kilauan bintang. Tubuhnya mengigil, dan ketika sampai di rumah Khadijah lalu menyelimuti Muhammad SAW. 

    Setelah menerima wahyu tersebut Nabi Muhammad pulang dengan kondisi tubuh yang gemetar dan tergesa-gesa agar bergegas masuk kerumah Siti Khadijah. Dengan kondisi tubuh yang gemetar beliau berkata kepada Khadijah "Selimuti aku, selimuti aku" Khadijah pun menyelimuti beliau yang gemetar dan ketakutan. 

    Kemudian Nabi Muhammad SAW bertanya "Wahai Siti Khadijah, apa yang sebenarnya yang terjadi denganku ini? lalu beliau menjelaskan apa yang telah beliau alami, "aku sangat khawatir terhadap diriku". 

    Siti Khadijah berkata "Janganlah sekali-sekali engkau takut, demi Allah, dia tidak akan menghinakanmu selama-lamanya. Sungguh engkau adalah orang yang selalu menyambung tali silaturahmi, pemikul beban orang yang kesusahan, pemberi kepada orang miskin yang membutuhkan, penjamu tamu, serta penolong orang yang menegakkan kebenaran"

    Kemudian Khadijah pergi mengajak Muhammad SAW untuk menemui paman nya yang bernama Waraqah bin Naufal untuk menanyakan kejadian yang telah dialami oleh suaminya. Waraqah adalah saudara dari ayahnya Khadijah dia pemeluk agama Nasrani sejak zaman Jahiliyah yang pandai bahasa dalam bahasa Arab sehingga telah banyak menyalin kitab Injil ke dalam bahasa Arab. 

    Namun, ketika itu usianya telah lanjut dan pandangannya sudah tidak jelas. Siti Khadijah berkata kepada Waraqah, "Wahai paman, dengarkan kabar dari anak saudaramu ini". Waraqah berkata "Wahai anak dari saudaraku, apa yang terjadi padamu?" 

    Nabi Muhammad SAW menceritakan kepadanya semua peristiwa yang telah dialaminya. Waraqah berkata "(Jibril) ini adalah nama yang pernah diutus Allah kepada Nabi Musa, Wahai Muhammad, semoga saya masih hidup ketika kamu diusir oleh kaummu" Nabi Muhammad SAW bertanya "Apakah mereka akan mengusirku?" Waraqah menjawab "Ya, pasti tidak ada seseorang pun yang diberi wahyu seperti engkau, kecuali pasti akan dimusuhi oleh orang. Jika aku masih menjumpai hari itu, pasti aku akan menolongmu dengan sekuat-kuatnya" Namun tidak berselang lama dari kejadian tersebut, Waraqah bin Naufal meninggal dunia" (H.R. Al-Bukhari no.6982)

Nabi Muhammad SAW Berdakwah Di Makkah Selama 13 Tahun

   Waraqah bin Naufal mengingatkan Muhammad untuk selalu berhati-hati sebab saat menyampaikan wahyu Allah SWT, nantinya Muhammad bisa saja mendapatkan penolakan dari kaum kafir Quraisy. Pastilah kau (Muhammad) akan didustakan orang, akan disiksa, akan diusir dan akan diperangi. 

    Istri Nabi Muhammad itu pun terbayang akan perjuangan menyampaikan wahyu Allah SWT kepada kaum Quraisy. Mengajak kaum kafir Quraisy beriman kepada Allah SWT ketika itu bukan hal yang mudah. 

    Mereka kaum Quraisy sangat kuat mempertahankan kebatilan itu. Mereka bersedia perang dan mati untuk itu. Nabi Muhammad SAW memulai dakwahnya dengan sembunyi-sembunyi selama 3 tahun di awal kenabiannya agar menjaga keselamatan umat Islam dari kekejaman orang kafir. 

   Hampir 3 tahun lamanya beliau melakukan dakwah secara sembunyi-sembunyi itu beliau berdakwah secara rahasia kepada keluarga dan sahabatnya seperti Siti Khadijah, Ali bin abi thalib, Zaid bin Harish, Abu bakar Ash-Shidiq dan Bilal bin Rabah dan golongan orang yang pertama kali masuk Islam setelah Nabi Muhammad SAW mulai berdakwah disebut As-Sabiqunal Awwalun (orang yang terdahulu memeluk Islam). 

    Pada tahun ke 4, nabi menerima wahyu agar melakukan dakwah secara terang-terangan dalam menyampaikan ajaran Islam, Nabi Muhammad SAW melakukannya secara sembunyi-sembunyi, kemudian secara terbuka setelah menerima wahyu yaitu surah Al-Hijr ayat 94 "Maka sampaikanlah (Muhammad) secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang musyrik"

   Setelah pengikutnya bertambah, akhirnya Nabi Muhammad SAW memulai dakwahnya secara terbuka setelah menerima wahyu dari Allah SWT dan juga Allah SWT menyampaikan "Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat. Dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang beriman". 

    Setelah turun perintah tersebut, Nabi Muhammad SAW kemudian mengumpulkan penduduk kota Makkah di Bukit Shafa. Disana beliau mulai menyampaikan bahwa tuhan yang harus disembah adalah Allah SWT dan beliaulah utusan Allah SWT yang akan memberikan kabar peringatan kepada manusia. 

    Lewat dakwah secara terbuka itu, ada beberapa tokoh terkenal yang akhirnya masuk Islam seperti Umar bin Khattab dan Hamzah bin Abdul Muthalib, yang merupakan tokoh terpandang di kalangan kaum Quraisy.

Perjuangan Dakwah Nabi Muhammad SAW

    Kisah perjuangan dakwah nabi menghadapi beberapa penolakan dari bangsa Quraisy kala menyampaikan dakwahnya pada mereka. Beragam bentuk penolakan bahkan dilontarkan pada beliau. Mereka melakukan berbagai propaganda untuk menghentikan kegiatan Nabi Muhammad SAW dan kaum muslimin yang terus bertambah. 

    Seperti melakukan penghujatan, caci maki, pemboikotan, dan sebagainya. Padahal Rasullulah mendapat gelar (Al-Amin) dari kalangan Quraisy karena kebijaksanaan Rasullulah dalam memutuskan perkara dengan penuh kejujuran, tapi karena memang mata hati mereka tertutup mereka menjadi bersikeras menolak ajaran Islam. 

    Bangsa Quraisy menolak ajaran Islam karena kaum Quraisy dikenal sebagai kaum yang masih memegang teguh adat, istiadat, kepercayaan, dan agama yang diwarisi oleh nenek moyang mereka. Sebab itulah, para pembesar kaum adat Quraisy menolak ajaran agama Islam yang dianggap mereka sebagai ajaran baru. 

    Mereka tetap berpegang teguh kepada adat, istiadat, tradisi, dan sistem kepercayaan agama yang telah mereka warisi secara mendarah daging dari nenek moyang mereka. Lalu mereka takut kehilangan status sosial, ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW mengajarkan manusia untuk saling menghargai satu sama lain. 

    Hal ini pun menjadi salah satu sebab kaum Quraisy menolak ajaran Islam. Pasalnya, penduduk Quraisy sudah lama hidup dengan penggolongan-penggolongan status sosial atau kasta seperti kaum majikan hingga budak. 

    Budak adalah kasta terendah bagi mereka. Sebab, budak bisa diperjual-belikan dan hak-haknya sebagai manusia tidak dihargai. Orang-orang yang menempati kasta tinggi khawatir akan kehilangan kehormatan dan status sosialnya bila ajaran Islam masuk di antara mereka.

    Dan kaum kafir Quraisy Takut kehilangan kekuasaan. Masih sedikit berhubungan dengan alasan sebelumnya, penduduk Quraisy juga khawatir akan kehilangan kekuasaan bila Islam benar-benar masuk diantara kalangan penduduk. Pada masa itu ada perebutan kekuasaan antar suku sebab itulah mereka menganggap mengikuti ajaran Rasullulah SAW artinya sama dengan mengakui kekuasaan beliau. 

    Mereka menganggap bahwa dengan mengikuti ajaran Rasulullah maka telah tunduk kepada Muhammad dan Bani Hasyim. Lalu Kaum Kafir Quraisy takut kehilangan mata pencaharian, sebagian besar mata pencaharian adalah pembuat berhala. Mereka membuat berhala Latta, Uzza, Manat, dan Hubal yang kemudian menjualnya kepada orang-orang yang mengunjungi Ka'bah sebagai sesembahan. 

    Dengan adanya ajaran Islam yang disebarkan oleh Rasullulah SAW tentunya akan memberikan dampak bagi mata pencaharian mereka itu, mereka khawatir akan kehilangan mata pencaharian utama mereka sebagai pembuat patung berhala bila sebagian besar penduduk Quraisy memeluk agama Islam.

Pertempuran/Perang Badar

    Bagi kaum muslimin pertempuran badar atau perang badar mungkin sudah tidak asing lagi karena kisah perang ini sering menjadi pembicaraan perjuangan umat muslim. Perang badar adalah perang dahsyat di bulan ramadan bagi kaum muslimin, ramadan tidak hanya memiliki arti suci semata. 

    Di bulan tersebut, umat Islam diwajibkan untuk menahan diri dari rasa lapar, haus serta menahan emosi. Bulan Ramadan juga menjadi pengingat bahwa pernah terjadi peperangan yang sangat dahsyat bagi umat Islam, yaitu perang badar. 

    Bulan Ramadan merupakan saat penting di mana Al-Qur'an diturunkan. Tidak hanya itu, bulan ramadhan juga menjadi pengingat bahwa pernah terjadi peperangan yang sangat dahsyat bagi umat Islam, yaitu Perang Badar.

    Perang Badar terjadi pada bulan Ramadan tahun kedua sesudah umat Islam melakukan hijrah. Umat Islam berhasil memenangi perang badar tersebut. Dalam sejarah, perang badar merupakan pertempuran agung karena para pejuang Islam berhasil menentang kemusyrikan dan kebatilan. 

    Perang Badar terjadi pada 17 Maret 624 M atau 17 Ramadan tahun kedua Hijriah. Perang Badar melibatkan 314 pasukan umat Islam yang melawan lebih dari 1.000 orang dari kaum Quraisy 1:3 jumlah pasukan Islam sangat sedikit tetapi atas ijin Allah perang tersebut yang dipimpin oleh Nabi Muhammad SAW berhasil dimenangkan dan Islam bisa kita rasakan hingga saat ini di seluruh negara. 

    Perang Badar merupakan perang pertama yang dijalani umat Islam sejak peristiwa hijrahnya Nabi Muhammad SAW pada 622 M

    "Sesungguhnya Allah telah monolongmu dalam peperangan badar. Padahal, kamu adalah (ketika itu) orang-orang yang lemah. Oleh sebab itu, bertakwalah kepada Allah agar kamu mensyukuri-nya, (Ingatlah), ketika engkau (muhammad) mengatakan kepada orang-orang beriman, (apakah tidak cukup bagimu bahwa Allah membantu kamu dengan tiga ribu malaikat diturunkan dari langit)?, (Ya) cukup jika kamu bersabar dan bertakwa ketika mereka datang menyerang kamu dengan tiba-tiba, niscaya Allah menolongmu dengan lima ribu malaikat yang memakai tanda, Dan Allah tidak menjadikan-nya (pemberian bala bantuan itu) melainkan sebagai kabar gembira bagi (kemenanganmu) dan agar hatimu tenang karenanya. Dan tidak ada kemenangan itu, selain dari Allah yang mahaperkasa, mahabijaksana. Q.S. Ali-Imran :123-126

    Dan pada akhirnya, perang badar dimenangkan oleh pasukan dari umat Islam. Kemenangan pada perang badar tersebut membuat posisi Islam dikawasan Madinah kian kuat. Sementara kaum Quraisy yang kalah perang badar harus menelan kekecewaan mendalam. 

    Mereka pun semakin berhasrat untuk membalas dendam dengan persiapan yang jauh lebih matang. Hari itu telah dibedakan mana saja yang haq dan yang batil. Saat itu Allah SWT menurunkan pertolongan besar untuk umat Islam dan memenangkan mereka atas musuh-musuhnya, yaitu kaum kafir Quraisy. 

    Nabi Muhammad SAW menyampaikan kepada para sahabat "Kita baru saja memenangkan peperangan kecil hari ini, esok kita akan melakukan perang yang besar" para sahabat bertanya "Bagaimana bisa perang ini perang yang kecil wahai Muhammad?" Nabi Muhammad SAW menjawab "Kita akan menghadapi perang yang lebih besar lagi yaitu perang melawan hawa nafsu"

Peristiwa Amul Huzni Tahun Duka Nabi

     Dalam sejarahnya, Nabi Muhammad SAW beberapa kali mengalami masa-masa duka. Salah satunya periode yang disebut Amul Huzni. Khadijah binti Khuwailid merupakan salah satu sosok berpengaruh dalam kehidupan Nabi Muhammad SAW. 

    Sebelum diutus menjadi rasul, Muhammad SAW lebih dahulu menikah dengan Khadijah. Tepatnya ketika beliau berumur 25 tahun. Khadijah terbilang sosok pendamping hidup yang ideal bagi Nabi Muhammad SAW. 

    Sejak usia 6 tahun, Muhammad SAW hidup tanpa ayah dan ibu hanya Abdul Muthalib sang kakek yang menemaninya. Sayangnya, kemudian kakek tercintanya itu juga dipanggil Allah SWT mulai saat itu lah Muhammad hidup dan besar dengan asuhan paman nya Abu Thalib.

   Setelah Muhammad SAW mengumumkan  kenabiannya pada usia 40 tahun, Abu Thalib mendapatkan banyak tekanan dari kaum Quraisy. Namun, hal itu tidak melunturkan dukungannya kepada sang keponakan. 

    Tekanan dari kaum kafir Quraisy berlanjut hingga tahun ke-10 kenabian Muhammad. Disisi lain, duka kembali menerpa kehidupan pribadi Muhammad SAW. Melalui peristiwa Amul Huzni yaitu tahun duka. 

    Istilah Amul Huzni merujuk pada periode setahun ketika Nabi Muhammad SAW dirundung kesedihan, jika disesuaikan dengan konteksnya Amul Huzni adalah peristiwa wafatnya dua orang yang sangat berpengaruh dalam hidup Rasulullah SAW yakni istri pertama Khadijah serta paman nya yang bernama Abu Thalib.

   Sebelumnya, pada masa pra-kenabian Muhammad sejatinya telah beberapa kali mengalami kesusahan dan kebingungan dalam hidupnya. Beberapa di antaranya ketika ia ditinggal oleh ayah, ibu, dan kakeknya. 

    Namun, ketika itu usianya masih sangat anak-anak. Sementara itu, peristiwa Amul Huzni menimpa Nabi Muhammad SAW pada usia paruh baya. Peristiwa Amul Huzni terjadi pada tahun ke-10 kenabian Muhammad SAW. Sebelum peristiwa Amul Huzni, Nabi Muhammad SAW dan kaum muslim secara umum di Makkah telah mengalami masa-masa sulit.

    Sekitar tujuh tahun setelah Muhammad SAW diutus sebagai Nabi sekaligus Rasul, dengan semakin bertambahnya kaum muslim, pihak Quraisy mengambil langkah ekstrem. Demi menghalangi dakwah Islam, mereka membentuk kesepakatan tertulis yang dituangkan dalam piagam yang digantung di Ka'bah. Isi piagam tersebut ialah perintah pemboikotan total terhadap Bani Hasyim dan Bani Abdul Muthalib. 

    Dua kelompok tersebut dilarang menggelar pernikahan dan mengadakan jual beli dalam bentuk apapun di wilayah kota Makah. Itu menjadi tahun-tahun yang berat bagi umat Islam khususnya Nabi Muhammad SAW, keluarga, dan para sahabat, mengungsi ke celah-celah gunung di luar kota Makkah. Mereka kesulitan mendapatkan bahan makanan, kaum muslimin sama sekali tidak berkesempatan bergaul dengan orang lain, kecuali pada bulan-bulan suci, kala semua permusuhan diredakan.

    Jarak waktu antara wafatnya Khadijah RA dan Abu Thalib adalah satu bulan lebih 5 hari atas peristiwa duka tersebut, Rasullulah SAW telah kehilangan istri yang selalu menjadi penenangnya, juga paman yang selalu melindungi dan membantu beliau menghadapi kaumnya. 

    Di tahun itu juga cobaan terhadap Rasulullah terus menerus seakan tidak ada henti-hentinya. Teror, hujatan, dan siksaan dari Kafir Quraisy terus menerus menghampiri Rasulullah. Bukan hanya kepada Rasulullah saja tetapi pada keluarga dan orang-orang yang percaya akan Islam juga akan di boikot oleh Kafir Quraisy. 

    Dengan peristiwa tersebut Rasullulah SAW menyebutnya tahun kesepuluh kenabian tersebut dengan nama "Tahun Kesedihan" atau Amul Huzni. Sebab, begitu beratnya gangguan yang harus beliau hadapi dalam berdakwah menyebarkan agama Islam tanpa Khadijah RA dan Abu Thalib di sisinya.

    Hingga pada 27 Rajab beliau diangkat oleh Allah SWT untuk Isra Mi'raj hingga ke Sidratul Muntaha untuk berjumpa langsung dengan sang pencipta. Isra adalah perjalanan malam hari dari Makkah menuju Baitul Maqdis di Palestina. 

    Sedangkan Mi'raj adalah perjalanan Nabi Muhammad SAW diangkat ke langit hingga Sidratul Muntaha. Isra Mi'raj ini juga menurut para ulama adalah hadiah bagi Nabi Muhammad SAW ketika mengalami Amul Huzni atau tahun duka. Dalam Isra Mi'raj ini pula, kali pertama perintah salat diberikan kepada Nabi Muhammad SAW dan diamalkan oleh umat Islam hingga saat ini.

Isra Mi'raj Nabi Muhammad SAW

    Isra Mi'raj adalah dua perjalanan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW dalam waktu satu malam. Kejadian ini merupakan salah satu peristiwa penting bagi umat Islam. Sebab, pada peristiwa ini Nabi Muhammad SAW mendapat perintah untuk menunaikan salat 5 waktu sehari semalam. 

    Isra Mi'raj merupakan perjalanan suci, dan bukan sekedar perjalanan "Wisata" biasa bagi Rasul peristiwa ini menjadi perjalanan bersejarah sekaligus titik balik dari kebangkitan dakwah Rasullulah SAW. 

    Jika perjalanan Hijrah dari Mekah ke Madinah pada 682 M menjadi permulaan dari sejarah kaum Muslimin, atau perjalanan Haji Wada yang menandai penguasaan kaum muslimin atas kota suci Mekah, maka Isra Mi'raj menjadi puncak perjalanan seorang hamba (al-abd) menuju sang pencipta (al-Khalik). 

    Isra Mi'raj adalah perjalanan menuju kesempurnaan rohani (insan kamil). Sehingga, perjalanan ini menurut para sufi, adalah perjalanan meninggalkan bumi yang rendah menuju langit yang tinggi.

    Peristiwa Isra Mi'raj terbagi dalam dua peristiwa yang berbeda. Dalam Isra, Nabi Muhammad SAW "diberangkatkan" oleh Allah SWT dari Masjidil Haram hingga Masjidil Aqsa. 

    Lalu dalam Mi'raj Nabi Muhammad SAW dinaikkan ke langit sampai ke sidratul muntaha yang merupakan tempat tertinggi dan disana Nabi diperintahkan langsung dari Allah SWT untuk menunaikan salat lima waktu. 

    Mengapa Nabi harus diberangkatkan ke masjidil Aqsa dan tidak langsung ke sidratul muntaha? karena Nabi Muhammad SAW adalah satu-satunya nabi dari golongan Ibrahim AS yang berasal dari Ismail AS, sedangkan Nabi lainnya berasal dari Ishaq AS dan hikmah lainnya adalah bahwa Nabi Muhammad SAW berdakwah di Makkah sedangkan nabi lainnya berdakwah di sekitar Palestina. 

    Kalau dibiarkan saja, orang lain akan menuduh Muhammad SAW sebagai orang yang tidak ada hubungannya dengan "Golongan" Ibrahim dan merupakan sempalan.

    Lalu Allah SWT ingin menunjukan dan memperlihatkan tanda-tanda kebesaran-nya kepada Nabi Muhammad SAW, dalam Q.S. Surat An Najm : 12 terdapat kata "Yaro" dalam bahasa Arab artinya "menyaksikan langsung" berbeda dengan "Syahida" yang berarti menyaksikan tapi tidak mesti secara langsung. 

    Allah memperlihatkan sebagian tanda-tanda kebesaran-nya secara langsung, karena pada saat itu dakwah Nabi pada masa sulit, penuh duka cita. 

    Oleh karena itulah pada peristiwa tersebut Nabi Muhammad SAW juga dipertemukan dengan para nabi-nabi sebelumnya, agar Muhammad SAW melihat bahwa mereka pun mengalami masa-masa sulit, sehingga Nabi Muhammad SAW bertambah motivasi dan semangatnya.

    Sejarah Isra Mi'raj Nabi Muhammad SAW dapat kita ketahui dari sejumlah ayat Al-Qur'an dan Hadits Surah Al-Isra ayat 1 dan Surat An-Najm ayat 12-18. 

    Kronologi Isra Mi'raj terdokumentasi dalam banyak Hadits peristiwa Isra Mi'raj bahkan tergambarkan dengan detail dari awal sampe akhir di hadits-hadits tersebut. 

    Kisah Isra Mi'raj Nabi Muhammad SAW lengkap dari awal sampai akhir dapat ditemukan di dalam Hadits riwayat Anas bin Malik yang telah diuji kualitas sanadnya oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim. 

    Dalam hadits itu, terdapat cerita perjalanan Isra Mi'raj Nabi Muhammad SAW dari mulai awal hingga menerima perintah solat 5 waktu, termasuk dialog Rasulullah SAW dengan Nabi Musa AS sebelum meminta keringanan pada Allah SWT.

    Seturut sejumlah riwayat, pada malam terjadinya Isra Mi'raj, Nabi Muhammad SAW sedang bermalam dirumah Hindun binti Abu Thalib, sepupu beliau yang dikenal dengan nama Ummu Hani. 

    Setelah tidur sejenak, Nabi terjaga dan mengunjungi ka'bah. Disana, beliau mengantuk hingga terlelap. Malaikat Jibril kemudian mendatangi Nabi Muhammad, Jibril lantas mengantarkan Nabi untuk melakukan perjalanan menuju Baitul Maqdis di Yerusalem dengan mengendarai Buraq. 

    Al-Qur'an tidak menjelaskan detail tentang Buraq detail tentang Buraq tergambar dalam Hadits riwayat Anas bin Malik. Di hadits itu Rasullulah SAW menggambarkan bahwa Buraq, "binatang putih yang lebih besar dari himar dan lebih kecil dari bighal. Ia melangkahkan kakinya sejauh pandangan mata" (HR.Ahmad). Bigal dalam hadits ini maksudnya adalah hewan hasil kawin silang kuda dan kedelai.

    Kronologi Isra Mi'raj Rasulullah SAW, Suatu malam Nabi sedang berada di masjidil haram untuk melakukan shalat malam dan dihampiri oleh Jibril, setelah melakukan shalat malam Nabi Muhammad SAW mengalami semacam pembedahan dan pembedahan itu dilakukan dari atas dada sampai bawah perut Nabi Muhammad SAW dan perut Nabi Muhammad SAW dicuci dengan air zamzam dan diisi dengan hikmah dan iman. 

    Dikawal oleh Jibril, Nabi Muhammad SAW menaiki Buraq menuju masjidil al-aqsa (baitul maqdis di Yerussalem). Di Masjidil Aqsha, Nabi Muhammad SAW melakukan solat Sunnah 2 rakaat Rasulullah SAW menjadi imam sholat bagi semua Nabi dan Rasul yang hadir di Baitul Maqdis, Nabi Muhammad SAW diberi 3 gelas dengan isi yang berbeda-beda, yaitu khamr, susu, dan air putih. 

    Beliau memilih susu, yang disebut oleh Jibril sebagai memilih fitrah atau agama Islam. Dengan dikawal oleh Jibril Nabi Muhammad SAW berangkat dari masjidil aqsa menuju langit 1-7 hingga sampai ke Sidratul Muntaha di langit 1-7, Nabi Muhammad SAW bertemu dengan sejumlah Nabi dan Rasul sebelum beliau.

    Rasul bertemu dengan Nabi Adam AS di langit pertama, Rasulullah SAW bertemu dengan Nabi Isa AS dan Nabi Yahya AS di langit kedua, Rasul bertemu dengan Nabi Yusuf AS di langit ketiga, Rasul bertemu dengan Nabi Idris AS di langit Keempat, Rasulullah bertemu dengan Nabi Harun AS dilangit kelima, Rasullulah SAW bertemu Nabi Musa  AS di langit keenam, Rasulullah SAW bertemu dengan Nabi Ibrahim AS di langit ketujuh. 

    Sampai di Sidratul Muntaha, Nabi Muhammad SAW melihat wujud asli malaikat Jibril dan di Sidratul Muntaha Nabi Muhammad SAW menghadap Allah SWT dan di Sidratul Muntaha pula Nabi Muhammad SAW menerima perintah shalat wajib 5 waktu dari Allah SWT lalu Nabi Muhammad SAW kembali ke Makkah melalui Baitul Maqdis dan Nabi Muhammad SAW sampai kembali ke Makkah sebelum waktu subuh. "Sungguh, dia (Nabi Muhammad) benar-benar telah melihatnya (dalam rupa yang asli) pada waktu yang lain. (Yaitu ketika) di Sidratul Muntaha" Q.S.An-Najm ayat 13-14

Haji Wa'da Haji Pertama Dan Terakhir Nabi Muhammad SAW

    Haji Wa'da merupakan peristiwa yang dikatakan momen yang membahagiakan bagi umat Muslim karena dikenal sebagai simbol prestasi dakwah Rasulullah SAW yang ditandai dengan Animo masyarakat arab untuk menjadi mualaf, tetapi juga sekaligus hari duka karena menjadi pertanda usia nabi tidak lama lagi berdasarkan gelagat yang ditangkap sejumlah sahabat. 

    Selama 23 tahun Nabi Muhammad SAW menjalankan misi nya menyampaikan kebenaran dan mengajak umat manusia untuk memeluk agama Islam membawa mereka perlahan meninggalkan segala bentuk ajaran nenek moyang yang menyimpang kepada nilai-nilai kebenaran yang Allah SWT sampaikan melalui rasulnya.

    Selama 23 tahun Nabi Muhammad SAW berjuang bersama sekalian umat Islam harus merasakan beratnya melewati tantangan dan ujian di tengah kaum musyrikin. Harta dikorbankan, tenaga dikerahkan, pikiran didedikasikan, hingga nyawa pun siap menjadi taruhan jika memang harus dikorbankan mempertahankan keimanan harus dibayar dengan nyawa, selain nabi sendiri yang menjadi incaran utama ada pula satu keluarga sahabat nabi yang dibunuh secara kejam karena mempertahankan akidahnya. 

    Mereka adalah keluarga Ammar bin Yasir, ayah Ammar yaitu Yasir meninggal dalam penyiksaan itu lalu disusul sang ibu Sumayyah yang juga disiksa Abu Jahal (Amr bin Hisyam) beruntung dalam insiden itu Ammar selamat karena pura-pura murtad.

    Setelah 23 tahun perjuangan dakwah berlalu tepatnya 10 Hijriah, 25 zulka'dah. Setelah shalat Zuhur, sang nabi berangkat dari Madinah dengan diikuti oleh sekitar 114.000 Jamaah. Pada saat sampai di Dzul Hulaifa sebelum Ashar, beliau berhenti sejenak dan bermalam satu hari. 

    Keesokan harinya Nabi Muhammad SAW memakai pakaian ihram yang juga diikuti oleh kaum muslimin lain yang ada disitu. Perjalanan ke tanah suci Makkah ditempuh selama 8 hari sesampainya disana, belilau lalu melakukan ibadah Tawaf yang diikuti dengan sa'i di antara Shafa serta Marwa. 

    Setelahnya pada 8 Dzulhijah, Nabi Muhammad SAW berangkat ke Mina, bermalam di sana lalu melanjutkan lagi perjalanannya menuju Arafah dan disana lah Nabi Muhammad SAW menyampaikan pidatonya. 

    Isi pidato Rasulullah SAW di Haji Wada berdasarkan sejumlah hadis yang diterjemahkan oleh K.H. Moenawar Chalil melalui kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad SAW. Jilid III (2001) .

"Segala puji bagi Allah, kita memuji kepada-nya, kita memohon kepada-nya, kita memohon ampun kepadanya dan kami bertaubat kepada-nya. Kita berlindung kepada Allah dari segala kejahatan diri kita dan dari kejelekan-kejelekan perbuatan kita. Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka tidak ada orang yang dapat menyesatkannya, dan bagi orang yang disesatkan oleh Allah, maka tidak ada orang yang dapat memberinya petunjuk. Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah sendiri, tidak ada sekutu baginya dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-nya.

Aku berpesan kepada kalian, wahai hamba-hamba Allah, supaya bertakwa kepada Allah, dan aku menganjurkan pada kalian supaya mentaati-nya. Aku mulai pembicaraanku ini dengan yang baik. Wahai manusia! dengarkanlah ucapanku, aku menerangkan kepada kalian, sesungguhnya aku tidak mengetahui, barangkali aku tidak akan bertemu lagi dengan kalian sesudah tahun ini di tempatku berdiri ini. Hai Manusia! sesungguhnya seluruh darah dan harta kalian adalah suci bagi kalian sampai kalian datang menghadap tuhan kalian, seperti sucinya hari kalian ini, di bulan kalian ini. Sesungguhnya kelak kalian akan menghadap tuhan kalian, kemudian dia akan menanyakan kepada kalian tentang amal-amal perbuatan kalian. Bukankah telah aku sampaikan? Ya Allah Saksikanlah!

Barang siapa yang diserahi suatu amanah, hendaklah ia menyampaikan amanah itu kepada orang yang bersangkutan. Semua riba telah dihapuskan, tetapi kalian berhak menerima modal-modalnya kembali. Janganlah kalian mendzalimi dan jangan pula didzalimi. Allah telah menetapkan, riba tidak ada lagi, dan riba Abbas bin Abdul Muthalib telah dihapus semuanya. Semua darah yang tumpah pada masa jahiliyah telah dihapuskan. Darah pertama yang aku hapuskan adalah darah Amir bin Rabi'ah bin al-Harits bin Abdul Muthalib.

Semua peninggalan masa jahiliyah telah dihapuskan kecuali sidanah (urusan menjaga keamanan Ka'bah) dan Siqayah (urusan pengairan di Makkah). Pembunuhan jiwa yang dilakukan sengaja ada tuntutan balasan (hukum membunuh), sedangkan pembunuhan seperti disengaja, yaitu terbunuh dengan tongkat atau batu, maka padanya didenda seratus ekor unta. Oleh sebab itu, barang siapa yang menambah, ia termasuk golongan orang jahiliyah. 

Hai Manusia! setan telah berputus asa untuk disembah di negeri kalian ini selama-lamanya. Namun, bila ia diikuti selain yang demikian, ia suka dengan amalan yang demikian, yaitu amalan-amalan yang kalian pandang remeh atau amalan-amalan yang kamu pandang rendah. oleh sebab itu, hendaklah kalian berhati-hati terhadap agama kalian, janganlah kalian mengikuti kemauan setan.

Hai Manusia! sesungguhnya al-nasi' (mengundur-ngundur waktu) dapat menambah kekufuran, dan karena itulah orang-orang kafir tersesat. Mereka menghalalkan satu tahun dan mengharamkan satu tahun lainnya, untuk menginjak-injak apa yang telah disucikan Allah. Mereka menghalalkan apa yang diharamkan oleh Allah dan mengharamkan apa yang dihalalkan Allah.

Masa itu beredar sejak Allah menciptakan langit dan bumi, dan bilangan bulan di sisi Allah adalah dua belas bulan yang disebutkan dalam kitab Allah, sejak Allah menciptakan langit dan bumi. Diantara dua belas bulan itu terdapat 4 bulan yang diharamkan (disucikan karena mempunyai kehormatan), tiga yang berturut-turut dan satu yang tunggal, yaitu Dzulqa'dah, Dzhulhijjah, dan Muharram, juga Rajab yang terletak di antara bulan Jumadil Akhir dan Sya'ban. Bukankah telah aku sampaikan? Ya Allah Saksikanlah!

Hai Manusia! bagi kalian ada hak atas istri-istri kalian, dan bagi mereka ada hak atas kalian. Hak kalian atas mereka adalah bahwa mereka tidak mengizinkan seseorang yang tidak kalian sukai menginjakan kakinya di atas tikar-tikar kalian dan mereka tidak mempersilahkan seseorang yang tidak kalian sukai masuk ke dalam rumah kalian, kecuali dengan izin kalian, dan mereka tidak boleh berbuat serong dengan laki-laki lain secara terang-terangan. Jika mereka melakukan itu, Allah telah mengizinkan kalian meninggalkan mereka di tempat tidur dan memukul mereka dengan pukulan yang tidak membahayakan. Bila mereka telah berhenti berbuat demikian, maka kalian berkewajiban memberikan mereka makanan dan pakaian dengan segenap sopan santun. Berilah perempuan-perempuan itu pelajaran yang baik karena mereka adalah mitra-mitra kalian. Mereka tidak mempunyai sesuatu untuk diri mereka, kalian telah mengambil mereka sebagai amanah dari Allah, dan telah kamu halalkan kehormatan mereka dengan kalimat Allah. Oleh karena itu, takutlah kepada Allah mengenai para perempuan itu dan hendaklah kalian memberi pelajaran-pelajaran yang baik kepada mereka. Bukankah telah aku sampaikan? Ya allah, Saksikanlah!

Perhatikan perkataanku ini, wahai manusia, karena telah aku sampaikan. Sesungguhnya, telah aku tinggalkan kepadamu sesuatu yang jika kalian berpegang teguh kepadanya niscaya kalian tidak akan tersesat selama-lamanya, suatu urusan yang nyata, yaitu kitab Allah dan sunah rasul-nya.

Hai Manusia! dengarkanlah apa yang aku katakan ini kepadamu dan pahamilah, maka kalian akan mengerti bahwa setiap muslim itu adalah saudara bagi muslim lainnya, dan bahwa seluruh umat muslim itu bersaudara. Tidak seorang pun dibenarkan mengambil sesuatu yang menjadi hak saudaranya, kecuali jika diberikan dengan kerelaan hati, dan janganlah kalian menzalimi diri kalian sendiri. Bukankah telah aku sampaikan? Ya Allah saksikanlah!

Hai Manusia! janganlah kalian kembali kafir sesudahku, yang mana satu golongan memerangi golongan yang lainnya. Ketahuilah, yang datang hendaklah menyampaikan kepada yang tidak datang. Mungkin saja orang yang menyampaikannya lebih memelihara dirinya daripada orang yang mendengarkannya. Bukankah telah aku sampaikan? Ya Allah, Saksikanlah!

Hai Manusia! Tuhan kalian satu dan orang tua kalian satu, kalian semua dari Adam, sedangkan adam itu dari tanah. Orang yang paling mulia di sisi Allah adalah orang yang paling bertaqwa diantara kalian. Orang Arab tidak lebih mulia dari orang non-Arab, kecuali karena takwanya. Bukankah aku telah sampaikan? Ya Allah Saksikanlah! Hendaklah orang yang datang menyampaikan kepada orang yang tidak datang.

Hai Manusia! Allah telah membagikan kepada setiap waris bagian-bagian yang diwarisinya. Maka tidak boleh bagi ahli waris menuntut wasiatnya dan tidak boleh berwasiat lebih dari sepertiga. Bagi anak hasil dari zina adalah milik ayahnya, dan yang berzina dikenakan hukum rajam. Barangsiapa yang mengakui orang lain yang bukan bapaknya sebagai bapaknya atau menetapkan majikan yang bukan majikannya, ia berhak menerima laknat Allah, laknat malaikat, dan laknat seluruh manusia. Tidak akan diterima tebusan darinya dan tidak pula pergantian. Kesejahteraan, rahmat, dan berkah dari Allah semoga dilimpahkan kepada kalian."

Wafatnya Nabi Muhammad SAW

    Sekembalinya dari Haji Wada', Rasulullah SAW mengeluhkan sakit kepala ketika menghadiri prosesi penguburan jenazah di Baqi pada bulan shafar tahun 11 Hijriah. Kesehatan-nya terus menurus menurun hingga jatuh sakit selama kurang lebih dari dua minggu. 

    Kala itu Rasulullah sedang berada dirumah Sayyidah Maimunah RA. Namun ketika merasa sakitnya semakin berat, Rasulullah meminta untuk dirawat dirumah sayyidah Aisyah RA. 

    Menurut beberapa riwayat, sakit yang diderita oleh rasul dikarenakan dan disebabkan oleh racun yang diberikan oleh seorang wanita Yahudi di Khaibar beberapa tahun sebelumnya. Di kediaman Aisyah RA, sakit Nabi terus bertambah Nabi dirawat selama 10 hari. 

    Dalam kondisi yang makin melemah Rasulullah SAW kerap mengadu kepada Aisyah RA bahwa masih bisa merasakan sakit yang diakibatkan oleh racun tersebut. Meski begitu, beliau tidak pernah lalai dalam menjalankan shalat bahkan beberapa kali datang untuk menghadiri salat berjamaah di masjid.

    Di hari-hari terakhirnya, Rasulullah SAW beberapa kali meninggalkan wasiat dan pesan pada kaum muslimin. Salah satunya wasiat tentang larangan menjadikan kuburan beliau sebagai berhala untuk disembah. 

    Beliau juga mempersilahkan orang-orang untuk membalas apapun yang pernah dilakukannya, seperti hukuman cambuk dan sebagainya. Kemudian, beliau juga melunasi hutang-hutangnya kepada para sahabat. 

    Selain itu, Rasulullah SAW juga menegaskan tentang betapa pentingnya menjaga hak-hak kaum muslimin dan menjauhi perkara-perkara bid'ah atau sesuatu yang ditambahkan dalam agama tanpa dalil yang shahih.

    Beliau juga menyerukan persaudaraan dan persatuan di antara umat islam serta mengingatkan tentang bahaya fitnah dan permusuhan. Salah satu pesan terakhir yang disampaikan oleh Rasulullah SAW adalah ketika beliau keluar untuk menunaikan salat zuhur berjamaah di masjid pada dua hari sebelum wafatnya. 

    Beliau meminta untuk didudukan disamping Abu Bakar Ra yang telah menjadi imam salat menggantikan beliau selama beberapa hari terakhir. Dalam khutbahnya, beliau berkata "Wahai umatku, kita semua ada di dalam kekuasaan Allah dan cinta kasih-nya. Maka, taati dan bertakwalah hanya kepada-nya. Kuwariskan dua hal pada kalian, Sunnah dan Al-Qur'an. Barang siapa mencintai sunnahku berarti mencintaiku, dan kelak orang-orang yang mencintaiku akan bersama-sama masuk surga bersamaku"

    Pada senin pagi, Rasulullah SAW berniat untuk memimpin salat subuh berjamaah di masjid. Namun, rasa sakit yang dideritanya semakin tidak tertahankan membuat beliau harus digantikan oleh Abu Bakar RA sebagai imam. 

    Bahkan saat berangkat ke masjid, beliau dibantu perlahan-lahan oleh Ali RA dan Fadhl bin Abbas RA. Seusai salat, Rasulullah SAW sempat memberi wasiat pada jamaah salat subuh waktu itu. Mereka mengira bahwa Rasulullah SAW kembali sehat tanpa menyangka bahwa saat itu adalah salat jamaah terakhir bagi Rasulullah SAW. 

    Sesampainya dirumah, beliau pun merasa ajalnya segera tiba. Kemudian, beliau memanggil keluarganya mulai dari anak cucunya hingga para istrinya. Rasulullah SAW wafat sewaktu matahari subuh sudah naik atau tepatnya saat hari telah siang.

    Beliau wafat di pangkuan Aisyah RA, sambil menempelkan wajahnya ke wajah Aisyah RA. Kalimat terakhir yang diucapkan oleh Rasulullah SAW adalah "Ya Allah ampunilah aku, dan pertemukan aku dengan teman-teman tertinggi (di surga)." 

    Wafatnya Rasulullah SAW menimbulkan kesedihan yang mendalam bagi para sahabat dan umat Islam. Beberapa sahabat bahkan tidak dapat menerima kenyataan tersebut. Umar bin Khattab RA misalnya, berdiri dan mengatakan bahwa Rasulullah SAW tidak wafat, tetapi pergi ke tempat Allah sebagaimana Musa AS dan akan kembali lagi.

    Umar ke masjid sambil berteriak "Ada orang dari kaum munafik yang mengira bahwa Rasulullah SAW telah wafat. Tetapi demi Allah, sebenernya dia tidak meninggal, melainkan ia pergi kepada tuhan, seperti Musa bin Imran. Ia telah menghilang dari tengah-tengah masyarakatnya selama 40 hari, kemudian kembali lagi ke tengah-tengah mereka setelah dikatakan dia sudah mati. Sungguh, Rasulullah pasti akan kembali seperti Musa juga. Orang yang menduga bahwa dia telah meninggal, tangan dan kakinya harus dipotong!"

    Namun Abu Bakar RA yang baru saja tiba dirumahnya, segera menenangkan para sahabat dengan mengutip ayat Al-Qur'an "Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelum dia beberapa orang rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang? (Murtad) barangsiapa berbalik ke belakang maka dia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikit pun. Dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur."(Q.S. Ali.Imran:144)

    Setelah itu, Abu bakar RA meminta pendapat para sahabat tentang cara pemakaman Rasulullah SAW. Mereka sepakat untuk menguburkan-nya di tempat tidurnya dirumah Aisyah RA, karena Rasulullah SAW pernah bersabda bahwa seorang nabi harus dikuburkan di tempat ia wafat. 

    Pemakaman Rasulullah SAW dilakukan pada malam hari dengan cara bergiliran para sahabat laki-laki masuk terlebih dahulu untuk menyalati jenazah beliau. Kemudian para sahabat perempuan. Jenazah beliau dikuburkan dalam liang lahat yang digali oleh Abu Thalhah RA dan Ali RA. 

    Dengan demikian, berakhir sudah riwayat hidup Rasulullah SAW yang penuh dengan teladan dan keajaiban. Namun, warisan beliau tetap abadi dalam hati dan pikiran umat Islam hingga akhir zaman. Semoga kita termasuk orang-orang yang mencintai dan mengikuti sunnah beliau serta mendapatkan Syafa'at beliau di hari kiamat nanti. Aamiin Ya Rabbal Alamin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kisah Lengkap Cerita Nabi Muhammad SAW

  Nabi Muhammad SAW      Muhammad adalah seorang pemimpin agama, sosial, politik, dan penegak agama Islam. Menurut keyakinan umat Islam dia ...

Terpopuler